Senin, 11 Januari 2016

Hadist Palsu Tentang Keutamaan Bulan Safar

Hati-Hati Menyebarkan Hadist Palsu Keutamaan Bulan Safar

*Semalam, saya mendapatkan pesan dari saudaraku sesame muslim Yg isinya :
Tepat Jam 12 Malam nanti,Maka Masuk Lah 1 Safar. Rasullullah Bersabda Barangg Siapa Yang Memberitahukan Berita 1Safar Kepada Yang Lain,Maka Haram Neraka Baginyaa;;) sebarkannO:)Maaf yang non muslim

*Saran dan Jawaban :

Hahdist tsb diatas adalah palsu sebagaimana dijeelaskan oleh Asy-Syaukani di Al-Fawaid Al-Majmu’ah, hlm. 215.
Maka Berhati-hatilah menyebarkan hadist palsu karena yang menyebarkannya akan mendapatkan dosa dusta dan menyebabkan masuk neraka sebagaimana dalam hadits yang shahih berikut ini :
عَنْ الْمُغِيْرَةِ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ كَذِباً عَلَيَّ لَيْسَ كَكَذِبٍ عَلَى أَحَدٍ فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّداً فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ.
"Dari Mughirah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam: Se-sungguhnya berdusta atas (nama)ku tidaklah sama seperti berdusta atas nama orang lain. Barangsiapa berdusta atas (nama)ku dengan sengaja, maka hendak-lah ia mengambil tempat duduknya dari Neraka.” [ HSR. Al-Bukhari (no. 1291) dan Muslim (I/10), diri-wayatkan pula semakna dengan hadits ini oleh Abu Ya’la (I/414 no. 962), cet. Darul Kutub al-‘Ilmiyyah dari Sa’id bin Zaid]

Dan dalam sabda Nabi yang lain:
عَنْ عَلِيٍّ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لاَ تَكْذِبُوْا عَلَيَّ، فَإِنَّهُ مَنْ يَكْذِبُ عَلَيَّ فَلْيَلِجِ النَّارَ.
"Dari ‘Ali, ia berkata: “Telah bersabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ‘Janganlah kamu berdusta atas (nama)ku, karena se-sungguhnya barangsiapa yang berdusta atas namaku, maka pasti ia masuk Neraka.’” [HSR. Ahmad (I/83), al-Bukhari (no. 106), Muslim (I/9) dan at-Tirmidzi (no. 2660)]

Dalam hadits yang shahih, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
فَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ بنيَ لَهُ بَيْتٌ فِي جَهَنَّمَ
Barangsiapa berdusta atas namaku, maka akan dibangunkan baginya rumah di (neraka) Jahannam.” (HR. Thobroni dalam Mu’jam Al Kabir)


Imam Dzahabi juga membawakan hadits, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Siapa yang berkata atas namaku padahal aku sendiri tidak mengatakannya, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka.”

Dalam hadits lainnya disebutkan pula,
يُطْبَعُ الْمُؤْمِنُ عَلَى الْخِلاَلِ كُلِّهَا إِلاَّ الْخِيَانَةَ وَالْكَذِبَ
Seorang mukmin memiliki tabiat yang baik kecuali khianat dan dusta.” (HR. Ahmad 5: 252. Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa sanad hadits ini dhoif)

Dari ‘Ali, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ رَوَى عَنِّى حَدِيثًا وَهُوَ يَرَى أَنَّهُ كَذِبٌ فَهُوَ أَحَدُ الْكَاذِبَيْنِ
Siapa yang meriwayatkan dariku suatu hadits yang ia menduga bahwa itu dusta, maka dia adalah salah seorang dari dua pendusta (karena meriwayatkannya).” (HR. Muslim dalam muqoddimah kitab shahihnya pada Bab “Wajibnya meriwayatkan dari orang yang tsiqoh terpercaya, juga diriwayatkan oleh Ibnu Majah no. 39. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa hadits ini shahih).

Setelah membawakan hadits-hadits di atas, Imam Adz Dzahabi berkata, “Dengan ini menjadi jelas dan teranglah bahwa meriwayatkan hadits maudhu’ dari perowi pendusta (hadits palsu) tidaklah dibolehkan.” (Lihat kitab Al Kabair karya Imam Adz Dzahabi, terbitan Maktabah Darul Bayan, cetakan kelima, tahun 1418 H, hal. 28-29).

Semoga bermanfaat

Minggu, 10 Januari 2016

KEUTAMAAN PERSAUDARAAN KARENA ALLAH

Keistimewaan dan Keutamaan Persaudaraan Karena Allah
Persaudaraan karena Islam (ukhuwah Islamiyah), atau persaudaraan karena iman (ukhuwah imaniyah), atau persaudraan karena Allah, memunculkan banyak keistimewaan dan keutamaan, pahala, berpengaruh positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata, dan merapatkan barisan. Orang-orang yang terikat dengan ukhuwah Islamiyah memiliki banyak keutamaan, diantaranya:
1. Kelak di hari kiamat mereka memiliki kedudukan yang mulia yang dicemburui oleh para syuhada, wajah-wah mereka bagaikan cahaya diatas cahaya.

Umar bin Khattab radhiallahu ‘anhu, berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللهِ لأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلاَ شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللهِ تَعَالَى . قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ ؟ قَالَ: هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلاَ أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا ، فَوَاللهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لاَ يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلاَ يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ (أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ).
Sesungguhnya dari hamba-hamba Kami ada sekelompok manusia, mereka itu bukan para Nabi dan bukan para syuhada’. Para Nabi dan syuhada’ merasa cemburu kepada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah di hari kiamat. Para sahabat bertanya: Siapakah mereka wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Mereka adalah suatu kaum yang saling mencintai karena Allah padahal tidak ada hubungan persaudaraan (saudara sedarah) antara mereka, dan tidak ada hubungan harta (waris), Maka demi Allah sesungguhnya wajah-wajah mereka bagaikan cahaya, dan sesungguhnya mereka di atas cahaya, mereka tidak takut ketika manusia merasa takut, dan tidak pula sedih ketika manusia sedih, kemudian beliau membaca ayat ini: “Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” [QS Yunus, 10: 62]. (HR Abu Dawud, no: 3060)
2. Mereka kelak di hari Kiamat akan mendapatkan naungan dari Allah yang tidak ada naungan kecuali dari padanya.

Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ .
Tujuh golongan manusia yang akan dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan Allah, (mereka itu ialah): pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seorang laki-laki yang hatinya senantiasa terkait dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah atas dasar cinta Allah, seorang laki-laki yang diajak (mesum) oleh seorang wanita cantik dan menawan lalu dia berkata: Sesungguhnya saya takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfaqkan oleh tangan kanannya dan seorang laki-laki yang mengingat Allah dalam sendirian maka kedua matanya meneteskan airnya. (HR Bukhari, no: 620)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلاَلِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّي ؟.
Sesungguhnya Allah berfirman pada hari kiamat: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku. Hari ini Aku menaungi mereka dalam naungan-Ku yang tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Ku?. (HR Muslim, no: 4655)
Dari ‘Irbadh bin Sariyah radhiallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْمُتَحَابُّونَ بِجَلاَلِي فِي ظِلِّ عَرْشِي يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّي .
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman: Orang-orang yang saling mencintai karena Aku akan berada di bawah naungan ‘Arsy-Ku pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Ku. (HR Ahmad, no: 16532)
3. Orang yang saling mencintai karena Allah, wajib mendapat kecintaan Allah.

Dari Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمُتَحَابُّونَ فِي اللهِ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ .
Orang-orang yang saling mencintai karena Allah akan berada di bawah naungan ‘Arsy pada hari kiamat. (HR Ahmad, no: 21022)
Dari Muadz bin Jabal radhiallahu ‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang diriwayatkan dari Rabbnya ‘Azza wa Jalla:
حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ ، وَالْمُتَحَابُّونَ فِي اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ .
Cinta kasih-Ku wajib bagi orang-orang yang saling mencintai karena Aku; cinta kasih-Ku wajib bagi orang-orang yang saling menasehati karena Aku; cinta kasih-Ku wajib bagi orang-orang yang bersilaturrahim karena Aku. Dan orang-orang yang saling mencintai karena Aku berada di atras mimbar-mimbar dari cahaya di bawah naungan ‘Arsy pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Ku. (HR Ahmad, no: 21052)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا ، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ ؟ قَالَ: أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ . قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا ؟ قَالَ: لاَ غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ . قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ .
Suatu hari, seseorang melakukan perjalanan untuk mengunjungi saudaranya yang tinggal di suatu kampung. Maka Allah mengutus seorang Malaikat untuk mencegat di suatu tempat di tengah-tengah perjalanannya. Ketika orang tersebut sampai di tempat tersebut, Malaikat bertanya: Hendak kemana engkau? Ia menjawab: Aku hendak mengunjungi saudaraku yang berada di kampung ini. Malaikat kembali bertanya: Apakah kamu punya kepentingan duniawi yang diharapkan darinya? Ia menjawab: Tidak, kecuali karena aku mencintainya karena Allah. Lantas Malaikat itu berkata: Sesungguhnya aku adalah utusan Allah yang dikirim kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah telah mencintaimu seperti engkau mencintai saudaramu. (HR Muslim, no: 4656)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ ، قَالَ: فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ . ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ: إِنَّ اللهِ يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوهُ ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ . قَالَ: ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الأَرْضِ . وَإِذَا أَبْغَضَ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَيَقُولُ: إِنِّي أُبْغِضُ فُلاَنًا فَأَبْغِضْهُ ، قَالَ: فَيُبْغِضُهُ جِبْرِيلُ . ثُمَّ يُنَادِي فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللهَ يُبْغِضُ فُلاَنًا فَأَبْغِضُوهُ ، قَالَ: فَيُبْغِضُونَهُ ثُمَّ تُوضَعُ لَهُ الْبَغْضَاءُ فِي الأَرْضِ .
Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman: Sesungguhnya Aku mencintai Fulan maka cintailah dia. Jibril pun mencintainya, kemudian dia mengumumkan pada penduduk langit: Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka cintailah dia. Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian diletakkan untuknya kecintaan di muka bumi. Dan apabila Dia membenci seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman: Sesungguhnya Aku membenci Fulan maka bencilah dia. Jibril pun membencinya, kemudian dia mengumumkan pada penduduk langit: Sesungguhnya Allah membenci Fulan maka bencilah dia. Maka penduduk langit pun membencinya. Kemudian diletakkan untuknya kebencian di muka bumi. (HR Muslim, no: 4772)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu, dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ طَعْمَ الإِيمَانِ: مَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلهِ ، وَمَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَمَنْ كَانَ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ .
Tiga perkara siapa yang memiliknya dia akan merasakan manisnya iman: Orang yang mencintai seseorang tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah, orang yang Allah dan Rasul-Nya paling ia cintai dari selain keduanya, dan orang yang lebih suka dicampakkan kedalam api neraka daripada ia kembali kepada kekafiran setelah Allah menyelamatkannya darinya (kekafiran). (HR Muslim, no: 16)
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu, dia berkata, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَجِدَ طَعْمَ الإِيمَانِ فَلْيُحِبَّ الْعَبْدَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ .
Barang siapa yang ingin merasakan kelezatan iman, maka mestilah ia mencintai seseorang, tidak dicintainya melainkan karena Allah ‘Azza wa Jalla. (HR Ahmad, no: 10321)
4. Mereka merasakan manisnya iman. Sedangkan selain mereka tidak.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الإِيمَانِ ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ .
“Ada tiga golongan yang dapat merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari mencintai dirinya sendiri, mencintai seseorang karena Allah, dan ia benci kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api neraka.” (HR. Bukhari)
5. Mereka berada di bawah naungan cinta Allah, di bawah Arasy Al-Rahman.

Allah Ta’ala berfirman,
أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لا ظِلَّ إِلا ظِلِّي .
“Di mana orang-orang yang saling mencintai karena-Ku, maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang tidak ada naungan kecuali naunganku.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أَنَّ رَجُلا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى ، فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا ، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ : ” أَيْنَ تُرِيدُ ؟ ” . قَالَ : أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ . قَالَ : ” هَلْ لَهُ عَلَيْكَ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا ؟ ” . قَالَ : لا ، غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ . قَالَ : ” فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ ، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ .
“Ada seseorang yang mengunjungi saudaranya di sebuah desa. Di tengah perjalanan, Allah mengutus malaikat-Nya. Ketika berjumpa, malaikat bertanya, “Mau kemana?” Orang tersebut menjawab, “Saya mau mengunjungi saudara di desa ini.” Malaikat bertanya, “Apakah kau ingin mendapatkan sesuatu keuntungan darinya?” Ia menjawab, “Tidak. Aku mengunjunginya hanya karena aku mencintainya karena Allah.” Malaikat pun berkata, “Sungguh utusan Allah yang diutus padamu memberi kabar untukmu, bahwa Allah telah mencintaimu, sebagaimana kau mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR. Muslim)
6. Mereka dijamin sebagai ahli surga di akhirat kelak.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللهِ نَادَاهُ مُنَادٍ : أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ ، وَتَبَوَّأْتَ مِنْ الْجَنَّةِ مَنْزِلًا .
“Barangsiapa yang mengunjungi orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru, ‘Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah mendapatkan salah satu tempat di surga.” (HR. At-Tirmizi)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إن حول العرشِ مَنابِرَ من نورٍ، عليها قومٌ لِبَاسُهم نورٌ، ووجوهُهم نورٌ، ليسوا بأنبياءَ ولا شهداءَ، يَغبِطُهم النبيُّونَ والشهداءُ. فقالوا: انعَتْهم لنا يا رسول الله. قال: هم المتحابُّون في الله، والمتآخون في الله، والمُتزاوِرُون في الله .
“Sesungguhnya di sekitar arasy Allah ada mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang berpakaian cahaya. Wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan bukan juga para syuhada. Dan para nabi dan syuhada cemburu pada mereka karena kedudukan mereka di sisi Allah.” Para sahabat bertanya, “Beritahukanlah sifat mereka wahai Rasulallah. Maka Rasul bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling mencintai karena Allah, bersaudara karena Allah, dan saling mengunjungi karena Allah.” (Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para perawinya tsiqat)
7. Bersaudara karena Allah adalah amal mulia yang mendekatkan hamba kepada Allah.

Rasul pernah ditanya tentang derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda,
أَنْ تُحِبَّ لِلهِ ، وَتُبْغِضَ لِلهِ ، وَتُعْمِلَ لِسَانَكَ فِي ذِكْرِ اللهِ ” . قَالَ : وَمَاذَا يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : ” أَنْ تُحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ ، وَتَكْرَهَ مَا تَكْرَهُ لِنَفْسِكَ .
“…Hendaklah kamu mencinta dan membenci karena Allah…” Kemudian Rasul ditanya lagi, “Selain itu apa wahai Rasulullah?” Rasul menjawab, “Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana kamu mencintai dirimu sendiri, dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain sebagaimana kamu membenci bagi dirimu sendiri.” (HR. Al-Munziri)
8. Semua dosa-dosa mereka diampunkan.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إذا التقى المسلمان فتصافحا ، غابت ذنوبهم من بين أيديهما كما تَسَاقَطُ عن الشجرة .
“Jika dua orang Muslim bertemu dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon.” (Hadis yang ditakhrij oleh Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dha’if)