Keistimewaan dan Keutamaan
Persaudaraan Karena Allah
Persaudaraan karena Islam
(ukhuwah Islamiyah), atau persaudaraan karena iman (ukhuwah imaniyah), atau
persaudraan karena Allah, memunculkan banyak keistimewaan dan keutamaan,
pahala, berpengaruh positif pada masyarakat dalam menyatukan hati, menyamakan kata,
dan merapatkan barisan. Orang-orang yang terikat dengan ukhuwah Islamiyah
memiliki banyak keutamaan, diantaranya:
1. Kelak di hari kiamat mereka
memiliki kedudukan yang mulia yang dicemburui oleh para syuhada, wajah-wah
mereka bagaikan cahaya diatas cahaya.
Umar bin Khattab radhiallahu
‘anhu, berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ مِنْ عِبَادِ اللهِ لأُنَاسًا مَا هُمْ بِأَنْبِيَاءَ وَلاَ شُهَدَاءَ يَغْبِطُهُمْ الأَنْبِيَاءُ وَالشُّهَدَاءُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ بِمَكَانِهِمْ مِنْ اللهِ تَعَالَى . قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ تُخْبِرُنَا مَنْ هُمْ ؟ قَالَ: هُمْ قَوْمٌ تَحَابُّوا بِرُوحِ اللهِ عَلَى غَيْرِ أَرْحَامٍ بَيْنَهُمْ وَلاَ أَمْوَالٍ يَتَعَاطَوْنَهَا ، فَوَاللهِ إِنَّ وُجُوهَهُمْ لَنُورٌ وَإِنَّهُمْ عَلَى نُورٍ لاَ يَخَافُونَ إِذَا خَافَ النَّاسُ وَلاَ يَحْزَنُونَ إِذَا حَزِنَ النَّاسُ وَقَرَأَ هَذِهِ الآيَةَ (أَلاَ إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللهِ لاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ).
Sesungguhnya dari hamba-hamba
Kami ada sekelompok manusia, mereka itu bukan para Nabi dan bukan para
syuhada’. Para Nabi dan syuhada’ merasa cemburu kepada mereka karena kedudukan
mereka di sisi Allah di hari kiamat. Para sahabat bertanya: Siapakah mereka
wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Mereka adalah suatu kaum yang saling
mencintai karena Allah padahal tidak ada hubungan persaudaraan (saudara
sedarah) antara mereka, dan tidak ada hubungan harta (waris), Maka demi Allah
sesungguhnya wajah-wajah mereka bagaikan cahaya, dan sesungguhnya mereka di
atas cahaya, mereka tidak takut ketika manusia merasa takut, dan tidak pula
sedih ketika manusia sedih, kemudian beliau membaca ayat ini: “Ingatlah,
sesungguhnya wali-wali Allah itu, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan
tidak (pula) mereka bersedih hati.” [QS Yunus, 10: 62]. (HR Abu Dawud, no:
3060)
2. Mereka kelak di hari Kiamat
akan mendapatkan naungan dari Allah yang tidak ada naungan kecuali dari
padanya.
Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda:
سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللهُ فِي ظِلِّهِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ: الإِمَامُ الْعَادِلُ ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ رَبِّهِ ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ ، وَرَجُلاَنِ تَحَابَّا فِي اللهِ اجْتَمَعَا عَلَيْهِ وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ وَجَمَالٍ ، فَقَالَ: إِنِّي أَخَافُ اللهَ ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ أَخْفَى حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللهَ خَالِيًا فَفَاضَتْ عَيْنَاهُ .
Tujuh golongan manusia yang akan
dinaungi oleh Allah di bawah naungan-Nya pada hari dimana tidak ada lagi
naungan kecuali naungan Allah, (mereka itu ialah): pemimpin yang adil, pemuda
yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah, seorang laki-laki yang hatinya
senantiasa terkait dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah,
keduanya berkumpul dan berpisah atas dasar cinta Allah, seorang laki-laki yang
diajak (mesum) oleh seorang wanita cantik dan menawan lalu dia berkata:
Sesungguhnya saya takut kepada Allah, seseorang yang bersedekah dan
menyembunyikan sedekahnya sehingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang
diinfaqkan oleh tangan kanannya dan seorang laki-laki yang mengingat Allah
dalam sendirian maka kedua matanya meneteskan airnya. (HR Bukhari, no: 620)
Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلاَلِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّي ؟.
Sesungguhnya Allah berfirman pada
hari kiamat: Dimanakah orang-orang yang saling mencintai karena Aku. Hari ini
Aku menaungi mereka dalam naungan-Ku yang tidak ada lagi naungan kecuali
naungan-Ku?. (HR Muslim, no: 4655)
Dari ‘Irbadh bin Sariyah
radhiallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda:
قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْمُتَحَابُّونَ بِجَلاَلِي فِي ظِلِّ عَرْشِي يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلِّي .
Allah subhanahu wa ta’ala
berfirman: Orang-orang yang saling mencintai karena Aku akan berada di bawah
naungan ‘Arsy-Ku pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Ku.
(HR Ahmad, no: 16532)
3. Orang yang saling mencintai
karena Allah, wajib mendapat kecintaan Allah.
Dari Muadz bin Jabal radhiallahu
‘anhu, bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْمُتَحَابُّونَ فِي اللهِ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ .
Orang-orang yang saling mencintai
karena Allah akan berada di bawah naungan ‘Arsy pada hari kiamat. (HR Ahmad,
no: 21022)
Dari Muadz bin Jabal radhiallahu
‘anhu, ia berkata, aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
bersabda yang diriwayatkan dari Rabbnya ‘Azza wa Jalla:
حَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَحَابِّينَ فِيَّ ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَبَاذِلِينَ فِيَّ ، وَحَقَّتْ مَحَبَّتِي لِلْمُتَزَاوِرِينَ فِيَّ ، وَالْمُتَحَابُّونَ فِي اللهِ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ فِي ظِلِّ الْعَرْشِ يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ .
Cinta kasih-Ku wajib bagi
orang-orang yang saling mencintai karena Aku; cinta kasih-Ku wajib bagi
orang-orang yang saling menasehati karena Aku; cinta kasih-Ku wajib bagi
orang-orang yang bersilaturrahim karena Aku. Dan orang-orang yang saling
mencintai karena Aku berada di atras mimbar-mimbar dari cahaya di bawah naungan
‘Arsy pada hari dimana tidak ada lagi naungan kecuali naungan-Ku. (HR Ahmad,
no: 21052)
Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
أَنَّ رَجُلاً زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى فَأَرْصَدَ اللهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا ، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ: أَيْنَ تُرِيدُ ؟ قَالَ: أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ . قَالَ هَلْ لَكَ عَلَيْهِ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا ؟ قَالَ: لاَ غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ . قَالَ: فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ بِأَنَّ اللهَ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ .
Suatu hari, seseorang melakukan
perjalanan untuk mengunjungi saudaranya yang tinggal di suatu kampung. Maka
Allah mengutus seorang Malaikat untuk mencegat di suatu tempat di tengah-tengah
perjalanannya. Ketika orang tersebut sampai di tempat tersebut, Malaikat
bertanya: Hendak kemana engkau? Ia menjawab: Aku hendak mengunjungi saudaraku
yang berada di kampung ini. Malaikat kembali bertanya: Apakah kamu punya
kepentingan duniawi yang diharapkan darinya? Ia menjawab: Tidak, kecuali karena
aku mencintainya karena Allah. Lantas Malaikat itu berkata: Sesungguhnya aku
adalah utusan Allah yang dikirim kepadamu untuk menyampaikan bahwa Allah telah
mencintaimu seperti engkau mencintai saudaramu. (HR Muslim, no: 4656)
Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, dia berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِنَّ اللهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبَّهُ ، قَالَ: فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ . ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ: إِنَّ اللهِ يُحِبُّ فُلاَنًا فَأَحِبُّوهُ ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ . قَالَ: ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الأَرْضِ . وَإِذَا أَبْغَضَ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ فَيَقُولُ: إِنِّي أُبْغِضُ فُلاَنًا فَأَبْغِضْهُ ، قَالَ: فَيُبْغِضُهُ جِبْرِيلُ . ثُمَّ يُنَادِي فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللهَ يُبْغِضُ فُلاَنًا فَأَبْغِضُوهُ ، قَالَ: فَيُبْغِضُونَهُ ثُمَّ تُوضَعُ لَهُ الْبَغْضَاءُ فِي الأَرْضِ .
Sesungguhnya apabila Allah
mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman: Sesungguhnya Aku
mencintai Fulan maka cintailah dia. Jibril pun mencintainya, kemudian dia
mengumumkan pada penduduk langit: Sesungguhnya Allah mencintai Fulan maka
cintailah dia. Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian diletakkan
untuknya kecintaan di muka bumi. Dan apabila Dia membenci seorang hamba, Dia
memanggil Jibril dan berfirman: Sesungguhnya Aku membenci Fulan maka bencilah
dia. Jibril pun membencinya, kemudian dia mengumumkan pada penduduk langit:
Sesungguhnya Allah membenci Fulan maka bencilah dia. Maka penduduk langit pun
membencinya. Kemudian diletakkan untuknya kebencian di muka bumi. (HR Muslim,
no: 4772)
Dari Anas radhiallahu ‘anhu, dia
berkata, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
ثَلاَثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ طَعْمَ الإِيمَانِ: مَنْ كَانَ يُحِبُّ الْمَرْءَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلهِ ، وَمَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَمَنْ كَانَ أَنْ يُلْقَى فِي النَّارِ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ أَنْ يَرْجِعَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ .
Tiga perkara siapa yang
memiliknya dia akan merasakan manisnya iman: Orang yang mencintai seseorang
tidaklah ia mencintainya melainkan karena Allah, orang yang Allah dan Rasul-Nya
paling ia cintai dari selain keduanya, dan orang yang lebih suka dicampakkan
kedalam api neraka daripada ia kembali kepada kekafiran setelah Allah
menyelamatkannya darinya (kekafiran). (HR Muslim, no: 16)
Dari Abu Hurairah radhiallahu
‘anhu, dia berkata, bahwasanya Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَجِدَ طَعْمَ الإِيمَانِ فَلْيُحِبَّ الْعَبْدَ لاَ يُحِبُّهُ إِلاَّ لِلهِ عَزَّ وَجَلَّ .
Barang siapa yang ingin merasakan
kelezatan iman, maka mestilah ia mencintai seseorang, tidak dicintainya
melainkan karena Allah ‘Azza wa Jalla. (HR Ahmad, no: 10321)
4. Mereka merasakan manisnya
iman. Sedangkan selain mereka tidak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ بِهِنَّ حَلَاوَةَ الإِيمَانِ ، مَنْ كَانَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا ، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلهِ ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ بَعْدَ أَنْ أَنْقَذَهُ اللهُ مِنْهُ ، كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ .
“Ada tiga golongan yang dapat
merasakan manisnya iman: orang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya lebih dari
mencintai dirinya sendiri, mencintai seseorang karena Allah, dan ia benci
kembali pada kekafiran sebagaimana ia benci jika ia dicampakkan ke dalam api
neraka.” (HR. Bukhari)
5. Mereka berada di bawah naungan
cinta Allah, di bawah Arasy Al-Rahman.
Allah Ta’ala berfirman,
أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ بِجَلالِي الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لا ظِلَّ إِلا ظِلِّي .
“Di mana orang-orang yang saling
mencintai karena-Ku, maka hari ini aku akan menaungi mereka dengan naungan yang
tidak ada naungan kecuali naunganku.” (HR. Muslim)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
أَنَّ رَجُلا زَارَ أَخًا لَهُ فِي قَرْيَةٍ أُخْرَى ، فَأَرْصَدَ اللَّهُ لَهُ عَلَى مَدْرَجَتِهِ مَلَكًا ، فَلَمَّا أَتَى عَلَيْهِ قَالَ : ” أَيْنَ تُرِيدُ ؟ ” . قَالَ : أُرِيدُ أَخًا لِي فِي هَذِهِ الْقَرْيَةِ . قَالَ : ” هَلْ لَهُ عَلَيْكَ مِنْ نِعْمَةٍ تَرُبُّهَا ؟ ” . قَالَ : لا ، غَيْرَ أَنِّي أَحْبَبْتُهُ فِي اللهِ عَزَّ وَجَلَّ . قَالَ : ” فَإِنِّي رَسُولُ اللهِ إِلَيْكَ ، فَإِنَّ اللهَ عَزَّ وَجَلَّ قَدْ أَحَبَّكَ كَمَا أَحْبَبْتَهُ فِيهِ .
“Ada seseorang yang mengunjungi
saudaranya di sebuah desa. Di tengah perjalanan, Allah mengutus malaikat-Nya.
Ketika berjumpa, malaikat bertanya, “Mau kemana?” Orang tersebut menjawab,
“Saya mau mengunjungi saudara di desa ini.” Malaikat bertanya, “Apakah kau
ingin mendapatkan sesuatu keuntungan darinya?” Ia menjawab, “Tidak. Aku
mengunjunginya hanya karena aku mencintainya karena Allah.” Malaikat pun
berkata, “Sungguh utusan Allah yang diutus padamu memberi kabar untukmu, bahwa
Allah telah mencintaimu, sebagaimana kau mencintai saudaramu karena-Nya.” (HR.
Muslim)
6. Mereka dijamin sebagai ahli
surga di akhirat kelak.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
مَنْ عَادَ مَرِيضًا أَوْ زَارَ أَخًا لَهُ فِي اللهِ نَادَاهُ مُنَادٍ : أَنْ طِبْتَ وَطَابَ مَمْشَاكَ ، وَتَبَوَّأْتَ مِنْ الْجَنَّةِ مَنْزِلًا .
“Barangsiapa yang mengunjungi
orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka malaikat berseru,
‘Berbahagialah kamu, berbahagialah dengan perjalananmu, dan kamu telah
mendapatkan salah satu tempat di surga.” (HR. At-Tirmizi)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
إن حول العرشِ مَنابِرَ من نورٍ، عليها قومٌ لِبَاسُهم نورٌ، ووجوهُهم نورٌ، ليسوا بأنبياءَ ولا شهداءَ، يَغبِطُهم النبيُّونَ والشهداءُ. فقالوا: انعَتْهم لنا يا رسول الله. قال: هم المتحابُّون في الله، والمتآخون في الله، والمُتزاوِرُون في الله .
“Sesungguhnya di sekitar arasy
Allah ada mimbar-mimbar dari cahaya. Di atasnya ada kaum yang berpakaian
cahaya. Wajah-wajah mereka bercahaya. Mereka bukanlah para nabi dan bukan juga
para syuhada. Dan para nabi dan syuhada cemburu pada mereka karena kedudukan
mereka di sisi Allah.” Para sahabat bertanya, “Beritahukanlah sifat mereka
wahai Rasulallah. Maka Rasul bersabda, “Mereka adalah orang-orang yang saling
mencintai karena Allah, bersaudara karena Allah, dan saling mengunjungi karena
Allah.” (Hadis yang ditakhrij Al-Hafiz Al-Iraqi, ia mengatakan, para perawinya
tsiqat)
7. Bersaudara karena Allah adalah
amal mulia yang mendekatkan hamba kepada Allah.
Rasul pernah ditanya tentang
derajat iman yang paling tinggi, beliau bersabda,
أَنْ تُحِبَّ لِلهِ ، وَتُبْغِضَ لِلهِ ، وَتُعْمِلَ لِسَانَكَ فِي ذِكْرِ اللهِ ” . قَالَ : وَمَاذَا يَا رَسُولَ اللهِ ؟ قَالَ : ” أَنْ تُحِبَّ لِلنَّاسِ مَا تُحِبُّ لِنَفْسِكَ ، وَتَكْرَهَ مَا تَكْرَهُ لِنَفْسِكَ .
“…Hendaklah kamu mencinta dan
membenci karena Allah…” Kemudian Rasul ditanya lagi, “Selain itu apa wahai
Rasulullah?” Rasul menjawab, “Hendaklah kamu mencintai orang lain sebagaimana
kamu mencintai dirimu sendiri, dan hendaklah kamu membenci bagi orang lain
sebagaimana kamu membenci bagi dirimu sendiri.” (HR. Al-Munziri)
8. Semua dosa-dosa mereka
diampunkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda,
إذا التقى المسلمان فتصافحا ، غابت ذنوبهم من بين أيديهما كما تَسَاقَطُ عن الشجرة .
“Jika dua orang Muslim bertemu
dan kemudian mereka saling berjabat tangan, maka dosa-dosa mereka hilang dari
kedua tangan mereka, bagai berjatuhan dari pohon.” (Hadis yang ditakhrij oleh
Al-Imam Al-Iraqi, sanadnya dha’if)