Senin, 12 Desember 2011

IKHLAS

Dari Abu Hurairah r.a., ia berkata : Telah bersabda Rasulullah SAW : "Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa kamu, juga tidak kepada harta kamu, akan tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kamu." [HSR. Muslim 8/11]

"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada tubuh kamu dan tidak juga kepada rupa dan harta kamu. Akan tetapi sesungguhnya Dia hanyalah melihat kepada hati kamu (Rasulullah SAW mengisyaratkan dengan jari-jarinya ke dadanya) dan Dia melihat pula kepada amal kamu."

Sesungguhnya tidak mungkin dapat dibayangkan baiknya amal melainkan dengan baiknya hati. Kaitan Hadis di atas dengan masalah ikhlas sangat erat karena berkaitan dengan masalah hati dan amal, iaitu hati yang ikhlas dan amal yang sesuai .

Ertinya Allah tidak akan memberi ganjaran terhadap bentuk tubuh atau rupa manusia atau banyaknya harta,  karena zat manusia (tubuh manusia) tidak dibebankan hukum, sedangkan yang dibebankan hukum adalah  perbuatan yang berkaitan dengan diri manusia. Demikian pula sifat dan bentuk yang di luar kemampuan manusia seperti rupa, anggun, gagah, hitam, putih, tinggi, pendek dan lain-lain. Allah tidak melihat juga kepada banyaknya harta atau sedikitnya, kaya atau miskin dan lainnya.

"Akan tetapi Allah melihat kepada hati dan amal kamu."

Ikhlas adalah amal hati dan amal hati sangat penting.  Amal hati merupakan dasar keImanan dan sebagai tonggak agama seperti mencintai Allah dan Rasul-Nya, tawaqqal kepada Allah, mengikhlaskan ibadah  karena-Nya, bersyukur kepada-Nya, sabar terhadap keputusan-Nya, takut dan berharap kepada-Nya.

Amal hati adalah pokok, sedangkan amal badan itu penyerta dan penyempurna. Sesungguhnya niat itu laksana ruh, sedangkan amal itu laksana badan, kalau ruh itu meninggalkan badan maka ia akan mati.

Amal badan tidak akan ada menafaatnya tanpa ada amal hati. Amal hati lebih wajib bagi setiap hamba daripada amal badan. Bukankah perbedaan orang Mukmin dan orang munafiq tergantung pada hatinya? Oleh  karenanya ibadah hati lebih agung daripada ibadah badan, bahkan lebih banyak dan lebih terusan dan lebih wajib pada setiap waktu.

Amal hati sangat penting dan sangat tinggi nilainya di sisi Allah. Dan yang terpenting dari amalan hati adalah keikhlasan kepada Allah Ta'ala.

Rasulullah SAW bersabda, bermaksud :

"Ingatlah, sesungguhnya di dalam tubuh manusia ada segumpal daging. Apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya, dan apabila ia rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, segumpal daging itu ialah hati." [HSR. Bukhari dan Muslim]

Ikhlas merupakan salah satu amal hati. Bahkan ikhlas berada di barisan pemula dari amal-amal hati. Sebab diterimanya seluruh amal tergantung dari niat yang ikhlas  karena Allah dan diterimanya harus terpenuhi dua syarat, iaitu ikhlas dan sesuai dengan contoh Rasulullah SAW.


- Perintah Untuk Ikhlas Dan Menjauhi Riya' Dan Syirik -

IKHLAS merupakan hakikat "Dien" dan kunci dakwah para Rasul, sebagaimana firman Allah :

"Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus. Dan supaya mereka mendirikan solat, menunaikan zakat. Yang demikian itulah agama yang lurus."
[Al-Bayinah : 5]

"Daging unta (kurban) dan darahnya tidak akan sampai kepada Allah, tetapi yang akan sampai kepada-Nya adalah ketaqwaan kamu."
[Al-Hajj : 37]

"Dan siapakah yang lebih baik agamanya daripada orang yang ikhlas menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia pun mengerjakan kebaikan......."
[An-Nisa' : 125]

"Katakanlah : "Jika kamu menyembunyikan apa yang ada di dalam hatimu atau menampakkannya, pasti Allah mengetahui."
[Ali Imran : 29]

"Sesungguhnya Kami menurunkan kepadamu kitab (Al-Quran) dengan (membawa) kebenaran. Maka sembahlah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Ingatlah hanya milik Allah agama yang bersih (dari syirik)."
[Az-Zumar : 2-3]

"Katakanlah, hanya Allah saja yang aku sembah dengan memurnikan ketaatan  kepada-Nya dalam menjalankan agamaku."
[Az-Zumar : 14]

Telah bersabda Rasulullah SAW:

"Sesungguhnya amal-amal itu (harus) dengan niat dan sesungguhnya setiap (amal) seseorang itu tergantung niatnya......."
[HRS. Bukhari dan Muslim]

Dari Abu Hurairah, ia berkata : "Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda : "Allah berfirman : "Aku tidak perlu kepada semua sekutu. Barangsiapa beramal mempersekutukan-Ku dengan yang lain, maka Aku biarkan dia bersama sekutunya."
[HRS. Muslim 2985, Ibnu Majah 4202, Ahmad 2/301, 435]

Dari Abu Hurairah, ia berkata : "Telah bersabda Rasulullah SAW : "Barangsiapa belajar ilmu yang seharusnya ia mengharapkan wajah Allah 'Azza wa Jalla, kemudian ia belajar untuk mendapatkan sesuatu dari (harta) dunia, maka ia tidak akan mencium bauu Syurga pada hari Kiamat."
[HRS. Abu Daud, Ibnu Majah dan Ahmad]


Manakala ikhlas telah tertanam dalam pengamalan suatu ketaatan, sedangkan ketaatan itu murni hanya dalam rangka mencari wajah Allah saja, maka kita dapat menyaksikan bahwa pasti Allah akan memberi balasan yang besar terhadap orang-orang yang ikhlas meskipun ketaatannya sedikit. Ketaatan tanpa keikhlasan dan kejujuran  karena Allah tidak akan mendapat pahala, bahkan pelakunya akan dicampakkan ke dalam Neraka meskipun ketaatan itu berupa amal-amal besar seperti berinfaq, berhjihad, mencari ilmu syariat. Sebagaimana dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa tiga macam orang yang pertama-tama diputuskan hukuman yang kemudian dimasukkan ke dalam api Neraka, iaitu : Pertama, orang yang berjihad  karena ingin mendapat julukan sebagai pemberani. Kedua, orang yang belajar dan membaca Al-Quran, supaya dikatakan orang yang alim dan qari'. Ketiga, orang yang mengeluarkan shadaqah agar dikatakan orang bahwa ia dermawan (suka memberi shadaqah)
[HSR. Muslim 6/47, diriwayatkan juga Imam Ahmad dan Nasa'i]

Ketiga macam orang tersebut tidak ikhlas, dan melakukan amal itu bukan  karena Allah. Ikhlas adalah dasar utama dari tiap-tiap amal. Amal diumpamakan jasad, sedang jiwanya adalah ikhlas.


- Pengertian Ikhlas -

DALAM mendefinasikan ikhlas, para Ulama' berbeda pendapat redaksi dalam menggambarkannya. Ada yang berpendapat bahwa ikhlas adalah memurnikan tujuan untuk mendekatkan diri kepada Allah dari berbagai tendensi peribadi. Ada pula yang berpendapat bahwa ikhlas adalah mengesakan Allah Ta'ala dalam melaksanakan ibadah kepada-Nya. Ada pula yang berpendapat bahwa ikhlas adalah pembersihan amal dari kejahatan kepada makhluk.

Ikhlas ialah mengkehendaki keredhoan Allah dalam suatu amal, membersihkannya dari segala noda individual maupun duniawi. Tidak ada yang melatarbelakangi suatu amal kecuali  karena Allah dan demi hari akhirat. Tidak ada noda yang mencampuri suatu amal, seperti kecenderungan kepada dunia untuk diri sendiri yang nampak maupun yang tersembunyi atau  karena mencari harta rampasan atau agar dikatakan berani ketika perang,  karena syahwat, kedudukan, harta benda, kebenaran, agar mendapat tempat di hati orang banyak, mencari sanjungan tertentu,  karena kesombongan yang terselubung atau  karena alasan-alasan lain yang tidak terpuji yang intinya bukan  karena Allah, tetapi  karena sesuatu, maka semua ini adalah noda yang mengotori keikhlasan.

Landasan amal yang ikhlas adalah memurnikan niat  karena Allah semata. Setiap bahagian dari perkara duniawi yang sudah mencemari amal kebaikan, sedikit atau banyak, dan apabila hati kita bergantung kepadanya, maka kemurnian amal itu ternoda dan hilang keikhlasannya.  karena itu orang yang jiwanya
terkalahkan oleh perkara duniawi, mencari kedudukan dan populariti, maka tindakan dan perilakunya mengacu pada sifat tersebut sehingga tidak akan murni ibadah yang dilakukan, seperti solat, puasa, menuntut ilmu, berdakwah dan lainnya.

Syeikh Muhammad bin Salih Al-'Utsaimin berpendapat bahwa ikhlas  karena Allah ertinya apabila sesaorang melaksanakan ibadah yang tujuannya untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah dan mencapai tempat kemuliaan-Nya.

MEWUJUDKAN Ikhlas bukan pekerjaan yang mudah seperti anggapan orang yang jahil. Para Ulama' yang telah meniti jalan kepada Allah telah menegaskan tentang sulitnya ikhlas dan beratnya mewujudkan ikhlas di dalam hati, kecuali orang yang memang dimudahkan Allah.

Imam Sufyan Ats-Tsauri berkata : "Tidaklah aku mengubati sesuatu yang lebih berat daripada mengubati niatku, sebab ia sentiasa berbolak-balik pada diriku."

 karena itu Rasulullah SAW berdoa dengan doa ini :

"Ya Allah yang membolak-balikkan hati, tetapkan hatiku atas agama-Mu."
Lalu seorang Sahabat berkata : "Ya Rasulullah, kami berIman kepadamu dan kepada apa yang engkau bawa, apakah engkau khuatir atas kami?"
Beliau menjawab : "Ya,  karena sesungguhnya seluruh hati manusia di antara dua jari tangan Allah dan Allah membolak-balikkan hati sekehendak-Nya."
[HRS. Ahmad 3/112, Tirmidzi 2147 dan Hakim 1/526. ]


Yahya bin Abi Katsir berkata : "Belajarlah niat,  karena niat lebih penting daripada amal."

Mutharrif bin Abdullah berkata : "Kebaikan hati bergantung kepada kebaikan amal dan kebaikan amal bergantung kepada kebaikan niat."

Pernah ada orang bertanya kepada Suhai : "Apakah yang paling berat bagi nafsu manusia?" Ia menjawab : "Ikhlas, sebab memang nafsu tidak pernah memiliki bahagian daripada ikhlas."

Dikisahkan ada seorang alim yang selalu salat di saf aling depan (saf pertama). Suatu hari ia datang terlambat, maka ia mendapat salat di saf kedua. Di dalam benaknya terbesit rasa malu kepada para jamaah lain yang melihatnya. Maka  pada  saat itulah ia menyedari bahwa sebenarnya kesenangan dan ketenangan hatinya ketika solat di saf pertama pada hari-hari sebelumnya disebabkan  karena ingin dilihat oleh orang lain.

Yusuf bin Husein Ar-Razi berkata : "Sesuatu yang paling sulit di dunia adalah ikhlas. Aku sudah bersungguh-sungguh untuk menghilangkan riya' dari hatiku, seolah-olah timbul (riya') dengan warna lain."

Ada pendapat yang lain : "Ikhlas sesaat saja, merupakan keselamatan sepanjang masa  karena ikhlas sesuatu yang sangat mulia."

Ada lagi yang berkata : "Barangsiapa melakukan ibadah sepanjang umurnya, lalu dari ibadah itu satu saat saja ikhlas  karena Allah, maka ia akan selamat. Masalah ikhlas adalah masalah yang sulit, sehingga sedikit sekali perbuatan yang boleh dikatakan murni ikhlas  karena Allah. Dan sedikit sekali orang yang mau memperhatikannya kecuali orang yang mendapatkan taufiq (pertolongan dan kemudahan) dari Allah SWT. Adapun orang yang lalai akan masalah ikhlas ini akan sentiasa melihat pada nilai kebaikan yang pernah ia lakukan. Padahal di hari Kiamat kelak oerbuatannya itu justeru menjadi keburukan. Merekalah orang yang dimaksudkan oleh firman Allah Ta'ala,
bermaksud :

"....Dan jelaslah bagi mereka azab dari Allah yang belum pernah mereka perkirakan. Dan (jelaslah) bagi mereka akibat buruk dari apa yang telah mereka perbuat...."
[Az-Zumar : 47-48]

"Katakanlah : "Apakah akan Kami beritahukan kepadamu tentang orang-orang yang paling merugi perbuatannya? Iaitu orang-orang yang telah sia-sia perbuatannya dalam kehidupan dunia ini, sedangkan mereka menyangka bahwa mereka berbuat sebaik-baiknya."
[Al-Kahfi : 103-104]

Bila anda melihat seseorang yang menurut penglihatan anda telah melakukan amal Islam secara murni dan benar, bahkan boleh jadi dia juga beranggapan seperti itu. Tapi bila anda tahu dan hanya Allah  saja yang tahu, anda mendapatkannya sebagai orang yang rakus terhadap dunia dengan cara berlindung pada pakaian agama. Dia berbuat untuk dirinya sendiri agar dapat mengecoh orang lain bahwa seakan-akan dia berbuat untuk Allah.
Ada lagi yang lain, iaitu beramal  karena ingin disanjung, dipuji, ingin dikatakan bahwa dialah orang yang baik atau yang paling baik atau terbetik di dalam hatinya bahwa dia sajalah yang sempurna terhadap Sunnah, adapun yang lainnya tidak.
Ada lagi yang belajar karena ingin lebih tinggi daripada yang lain, supaya dapat penghormatan, harta dan tujuannya ingin berbangga dengan para Ulama', mengalahkan orang yang bodoh atau orang lain berpaling kepadanya.
Maka Allah akan masukkan dia ke Neraka Jahannam. Na'udzubillahi min dzalik!

Membersihkan diri dari hawa nafsu yang nampak maupun tersembunyi, membersihkan niat dari berbagai noda, nafsu peribadi dan duniawi, juga tidak mudah. Oleh  karena itu perlu usaha yang maksimal, selalu memperhatikan pintu-pintu masik bagi syaitan ke dalam jiwa, membersihkan hati dari unsur riya', kesombongan, gila kedudukkan, pangkat, untuk pamer dan lainnya.

Sulitnya mewujudkan ikhlas  karena hati manusia selalu berbolak-balik. Syaitan selalu menggoda, menghiasi dan memberikan was-was ke dalam hati manusia, serta adanya dorongan hawa nafsu yang selalu menyuruh berbuat keji.  karena itu kita diperintahkan berlindung dari godaan syaitan.

Firman Allah :

"Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan syaitan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
[Al-A'raf : 200]

Jadi kesimpulannya ikhlas adalah dengan membuangkan pertimbangan-pertimbangan peribadi, memotong kerakusan terhadap dunia, mengikis dorongan-dorongan nafsu dan lainnya. Dan bersungguh-sungguh beramal ikhlas  karena Allah, akan mendorong seseorang melakukan ibadah  karena taat kepada perintah Allah dan Rasul. ingin selamat di dunia dan akhirat dan mengharap ganjaran dari Allah.

Upaya mewujudkan ikhlas boleh tercapai bila kita mengikuti Rasulullah SAW dan jejak Salafus Soleh dalam beramal dan taqarrub kepada Allah, selalu mendengar nasihat mereka serta berupaya semaksima mungkin dan bersungguh-sungguh mengekang dorongan nafsu dan selalau berdoa kepada kepada Allah Ta'ala.

Wallahu ta'ala a'lamu bis shawab.......

Tidak ada komentar: